Jumat, 15 April 2011

Zapatista Sebagai Counter hegemoni Terhadap Neoliberalisme Global


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jika melihat dari system internasional saat ini, maka kita dapat melihat bahwa kapitalisme telah menjadi system global yang dipakai oleh hubungan antar Negara dalam bidang ekonomi. Dimana Negara tidak lagi diperbolehkan melakukan pengontrolan terhadap pasar.
Pasar akan melakukan regulasinya sendiri dan kebebasan berproduksi merupakan suatu hal yang coba diwacanakan Negara-negara besar kepada Negara-negara berkembang, menciptakan suatu regulasi dibawah aturan-aturan dari hokum yang demokratis. Dimana diharapkan Negara membuka pintu perdagangannya dengan Negara lain dengan dalih Free Market. Karena itulah dibentuk institusi-institusi global untuk menghegemonikan nilai-nilai liberal agar diterima oleh seluruh Negara-negara didunia, sehingga kapitalisme bisa menjadi suatu common sense bagi masyarakat dunia.
Para ahli-ahli yang merupakan perpanjangan dari apparatus hegemony neoliberal mengkalim superoritas dari mekanisme pasar dan kompetisinya merupakan suatu proses dalam pembangunan kapitalisme telah menjadi sebuah acuan dalam jalur organisasi sosial dan ekonomi diseluruh dunia, hal ini juga menyebabkan keterbatasan pemerintah untuk memberikan perlindungan terhadap hak-hak individu seseorang, terutama mengenai hak-hak kepemilikan, privatisasi BUMN dan bentuk-bentuk liberalisasi yang sebelumnya diatur ketat oleh Negara sekarang mendapatkan tantangan yang begitu besar dari Negara-negara diseluruh dunia[1].
Namun dalam perkembangannya, transnasionalisasi Neoliberalisme menjadi penyebab ketidak adilan yang terjadi dimuka bumi ini, pelarangan Negara untuk ikut campur mengendalikan pasar menyebabkan semakin meningkatnya kemiskinan, terutama dinegara-negara phery-phery dan semi phery-phery, karena semua model produksi yang ada dikuasai oleh pihak-pihak swasta, baik itu  dari dalam negeri maupun dari Perusahaan Transnasional (TNC). Hal ini membuat masyarakat tidak lagi memiliki suatu pilihan dalam berproduksi sehingga mau tidak mau harus menjual diri mereka sendiri kepada mereka yang mempunyai alat produksi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. [2]
Ketidakadilan ekonomi secara global ini diperparah dengan ketidakmampuan Negara untuk mengatasi permasalahan tersebut, Negara-negara dibuat tidak berdaya dengan berbagai macam perjanjian-perjanjian Internasional yang merugikan masyarakat dan perekonomian mereka, selain itu ketidak berdayaan pemerintah diperparah dengan syarat-syarat yang harus mereka penuhi jika ingin mendapatkan pinjaman dari donator Internasional seperti World Bank dan IMF.
Karena itulah masyarakat-masyarakat dunia yang telah jenuh akan hal tersebut memutuskan untuk bangkit melawan dan memutuskan untuk mengakiri ketidakadilan internasional dengan cara sebuah gerakan sosial yang memang berasal dari akar rumput, karena mereka berpikir Negara saat ini hanyalah sebuah agent dari perpanjangan hegemoni capitalism global. Dan Institusi-Institusi keuangan Internasional merupakan suatu alat bagi Negara-negara rulling class untuk memperluas hegemoni mereka terhadap Negara-negara yang merupakan minoritas sehingga Negara-negara rulling class dapat menguasai system internasional yang anarki ini.
Salah satu bentuk Counter Hegemoni itu adalah Zapatista, sebuah gerakan sosial masyarakat yang berpusat di Ciapas, Mexico. Zapatista lahir akibat implementasi dari NAFTA, yaitu suatu perjanjian multilateral yang dilakukan pemerintahan Mexico dengan Negara Amerika Utara lainnya, yang mana dalam implementasi NAFTA dianggap oleh Zapatista sebagai bentuk imperialisme baru oleh Negara dominan untuk mengusai Mexico secara ekonomi, dan hal ini menyebabkan banyak petani-petani di Ciapas kehilangan tanah garapan mereka karena proses privatisasi oleh pemerintahan Mexico.
Gerakan yang dilakukan oleh Zapatista di Mexico telah menjadi suatu model perlawanan rakyat yang non-govermental terhadap terhadap capitalism global pada saat ini. Zapatista tidak hanya berjuang dalam cakupan nasional, yaitu mode produksi mereka yaitu tanah dan ladang. Namun lebih dari itu Zapatista juga mengumumkan perang terhadap capitlaisme global, dan terus melakukan agitasi-agitasi mereka agar masyarakat sadar dengan ketidakadilan yang terjadi dalam system internasional saat ini dan bangkit untuk melawan hal tersebut.


1.2 Landasan Teori
1. Kapitalisme
Kapitalisme adalah system social dan ekonomi yang mengakui kepemilikan hak-hak individu, termasuk hak milik dan kekayaan[3]. Secara ekonomi, system ekonomi kapitalis alat-alat produksi dimiliki oleh individu dan dioperasikan untuk mencapai keuntungan pribadi dari pemilik factor produksi tersebut.  Dimana keputusan mengenai penawaran, permintaan, harga,distribusi dan investasi ditentukan oleh pelaku swasta (pasar) daripada perencanaan pusat oleh pemerintah. Keuntungan dibagikan kepada pemilik modal dan pelaku investasi. Dalam system ekonomi ini fungsi pemerintah hanyalah sebagai penjaga atau pengaman para pemilik modal untuk dapat terus berproduksi. Negara tidak berhak mengintervensi pasar dan bahkan gaji para pekerja yang ada ditetapkan oleh masing-masing perusahaan tempat mereka bekerja dan pemerintah tidak berhak mengintervensinya.  Dari segi proses, kapitalisme adalah system ekonomi yang hanya mengakui satu hukum yaitu hukum tawar menawar dipasar, atau bisa disebut juga kapitalisme adalah suatu system ekonomi yang bebas dari berbagai halangan, baik itu dari raja maupun dari penguasa lainnya (orang boleh membeli dan menjual barang dipasar manapun) dan bebas dari pembatasan-pembatasan produksi orang boleh membuat atau memproduksi barang apapun), bebas dari pembatasan tenaga kerja (bebas mencari pekerja dimanapun, ia tidak terikat pada suatu desa atau tempat). Dalam kapitalisme yang menentukan semuanya hanyalah semata-mata keuntungan yang lebih besar[4].
Marx beranggapan bahwa dasar yang menyebabkan ketimpangan social masyarakat adalah adanya hak kepemilikan pribadi. Asumsi Marx didasrkan pada pandangannya terhadap kapitalisme yang menyebabkan terkotaknya masyrakat menjadi dua kelompok besar yaitu Borjuis dan Ploretar. Dimana Kaum Borjuis adalah kaum yang memiliki modal dan menguasai factor-faktor produksi yang ada, dan kaum Ploretarian adalah kaum buruh yaitu mereka yang tidak mempunyai akses kepada factor produksi dan hanya menggantungkan diri pada pemilik modal untuk dapat mendapatkan hasil produksi (untuk melanjutkan hidupnya). Marx juga mengkritik kapitalisme karena utama dari system ekonomi tersebut hanyalah uang. Karena semakin banyak uang yang mereka peroleh maka semakin besar juga kedudukan mereka di pasar,dan sebaliknya. Karena itulah menganggap kapitalisme sebagai suatu yang egoistic,mementingkan untuk memperoleh keuntungan sendiri, sebagai nilai tertinggi.
Karena itulah kapitalisme akan menciptakan suatu kondisi yang cukup ketat dan bahkan menjadi liar, karena tidak adanya suatu mekanisme untuk melindungi mereka yang mempunyai modal kecil akan menciptakan suatu hokum tunggal dalam pasar, yaitu hukum rimba, dimana hanya yang kuatlah yang akan bertahan dan yang lemah akan dimakan oleh yang kuat. Hal ini tentu membuat orang akan berusaha untuk menurunkan biaya produksinya, agar mereka dapat menjual barang yang lebih murah dan menguasai pasar, sehingga mereka akan medapatkan untung yang sebanyak-banyaknya.
Prinsip efisiensi inilah yang membuat sistem kapitalisme melakukan eksploitasi terhadap para pekerja. Marx menyebut eksploitasi ini sebagai teori nilai lebih, yaitu satu-satunya cara bagi para pemilik modal untuk mendapatkan untung yang sebesar-besarnya adalah dengan meminimalisir factor produksi, dimana factor produksi itu adalah mesin, bahan baku, dan tenaga kerja. Mesin dan bahan baku adalah suatu factor produksi yang konstan, yaitu factor produksi yang tidak dapat diminimalisir harganya, sedangkan tenaga kerja adalah factor produksi yang bisa diminimalisir harganya, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari analogi berikut ini :
“ Untuk membuat pakaian dibutuhkan factor produksi adalah mesin jahit, kain dan tenaga kerja untuk menjahitnya. Dan jika harga mesin jahit adalah 100 dan harga kain adalah 10 dan us dibayarkan kepada pekerja agar dia dapat hidup layak adalah 50, , maka pemilik modal seharusnya membayar sebanyak harga yang disebutkan diatas untuk memproduksi sebuah baju adalah 160. Namun dikarenakan pemilik modal ingin mendapatkan keuntungan yang lebih banyak, maka pemilik modal akan berusaha untuk meminimalisir modalnya dalam berproduksi, jika kita lihat dari factor produksi diatas maka kita akan mendapati bahwa harga mesin dan harga bahan baku tidak dapat diminimalisir sama sekali, karena jika dikurangi maka proses produksi tidak akan berjalan ( pemilik modal tidak akan dapat memiliki mesin jahit bila tidak mengeluarkan uang 100 untuk membeli mesin jahit tersebut atau pemilik modal tidak akan mendapatkan cukup bahan untuk membuat pakaian pakaian bila tidak mengeluarkan uang 10), karena itulah satu-satunya cara agar pemilik modal mendapatkan keuntungan adalah dengan mengurangi upah buruh kerjanya. Bila uang yang mesti dikeluarkan adalah 50 agar buruh dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (seperti makan yang layak, biaya kesehatan, biaya pendidikan anak, dan tabungan masa depan), pemilik modal hanya akan membayarkan biaya yang dibutuhkan buruh untuk dapat memperbarui tenaganya agar dapat tetap bekerja (jika untuk makan buruh membutuhkan biaya 10, pemilik modal hanya akan membayar buruh tersebut dengan upah 10, sehingga iya dapat menjadikan 40 sisanya sebagai keuntungannya)”. [5]
Hal inilah yang dikatakan Marx bahwa para kapitalis akan berusaha berekspansi keluar dari Negara asal mereka, mereka akan berusaha mencari tempat yang paling murah untuk berproduksi. Karena itulah mereka akan menempatkan pabrik-pabrik mereka dinegara-negara terbelakang, dengan asumsi bahwa dinegara terbelakang taraf hidup rakyatnya masih tergolong rendah dan menghadapi masalah kemiskinan karena tidak ketidak mampuan pemerintahan menyediakan jaminan sosial, sehingga mereka akan mendapatkan tenaga kerja dengan bayaran murah.[6]

2. Teori Hegemoni
Grasmci menyatakan bahwa hegemoni bukanlah suatu pencapaian kepada kekuasaan dengan cara-cara anarkis dan represif melalui instrument-instrumen hukum dan aparat-aparat, namun hegemoni adalah kemampuan untuk mengakomodasi kepentingan kelompok lain, sehingga kelompok tersebut akan memberikan dukungan serta partisipasinya. Dan dengan jalan inilah kekuasaan dapat dicapai dan dipertahankan. [7]
Hegemoni menurut Gramsci, tidak hanya berlandaskan dari struktur yang ada yaitu factor-faktor kepemilikan mode produksi, Hegemoni ditransformasikan kedalam tataran superstruktur ( ideology, politik , budaya, dan sebagainya). Dimana para kelas dominan yang disebut Gramsci sebagai rulling class akan mentransformasikan ide-ide mereka dilevel civil society agar diterima sebagai suatu nilai bersama yang seakan-akan memang merupakan refleksi dari terakomodirnya kepentingan semua subordinat yang ada, sehingga mereka akan berpartisipasi dalam rencana-rencana para rulling class yang secara tidak langsung akan menempatkan rulling class kepada kekuasaan tertinggi masyarakat. Gramsci membagi kelas masyarakat menjadi dua, yaitu rulling class dan ruled class . Rulling class secara garis besarnya dapat dikatakan sebagai kelas yang memiliki kekuatan dan ingin memperoleh kekuasaan didalam tatanan masyarakat, jika kita melihat dari susut pandang Marxis dapat kita lihat jelaskan bahwa kekuataan dari para rulling class adalah kekuatan dalam factor ekonomi, Marx menyebutnya sebagai kaum borjuis, yaitu mereka yang mempunyai faktor-faktor produksi.

Sedangkan rulled class dapat kita artikan adalah kelompok-kelompok masyarakat yang tidak mempunyai kekuatan ekonomi karena mereka tidak mempunyai akses terhadap mode-mode prduksi yang ada, atau sering disebut sebagai ploretar. Mereka adalah para pekerja yang merupakan bagian terpenting dari proses produksi kapitalisme. Gramsci sering juga menyebut klasisifikasi kelas ini sebagai subordinate class , contohnya adalah ; para buruh pabrik dan buruh tani.
Negara atau State adalah sebuah alat institusi sosial masyarakat terbesar yang muncul atas kesadaran mereka sendiri dan bertujuan untuk menciptakan suatu tatanan sosial yang stabil dan teratur. Hegel menyatakan bahwa Negara merupakan organisasi kesusilaan yang mencul sebagai sintesis dari kemerdekaan individual dan kemerdekaan universal. Negara memiliki wewenang untuk mengatur masyarakat.
Civil Society merupakan level terendah dari organisasi masyarakat, dalam artian tidak ada suatu kekuasaan baku yang dapat mengatur interaksi masyarakat didalam level society. Dilevel ini lah terciptanya budaya, ideology dan pendidikan.
Historical bloc dapat kita artikan sebagai usaha para kaum dominan ( rulling class ) untuk menghegomoni kaum minoritas ( rulled class ) agar mereka memperoleh kekuasaan dan mengendalikan para kaum minoritas untuk kepentingan mereka, yang bila kita lihat dari kacamata Marxis kepentingan itu adalah bagaimana mereka dapat terus mengeksploitasi kaum minoritas dalam proses produksi kapitalisme mereka, sehingga mereka terus mendapatkan keuntungan dari akumulasi nilai tersebut karena pda saat subordinate menerima logika mode produksi kapitalisme maka krisis-krisis yang terjadi dapat dihindari.
Untuk itulah Gramsci  menyatakan perlunya sebuah hegemoni, dan para rulling class akan menggunakan instrument-instrumen masyarkat yang ada, yaitu instrument Negara serta masyarakat sipil. Melalui instrument Negara rulling class akan menggunkan Negara untuk meneruskan ideology kapitalisme kedalam sebuah system masyarakat yang legal, melalui instrument inilah akan dihasilkan aturan hukum dan kebijakan-kebijakan baik itu public maupun luar negeri untuk membuat kapitalisme menjadi ideology yang common sense dalam system ekonomi dan cara berproduksi. Inilah intrusmen yang disebut Louis Althusser sebagai ideological state apparatus [8]
Sedang kan penggunaan instrument civil society para rulling class akan melakukan transformasi ideology atau apa yang disebut Gramsci sebagai transformasimo, yaitu mereka akan mencoba menanamkan nilai-nilai serta ideology kapitalisme sebagai suatu ideology organic ( ideology yang secara historis diperlukan dan memiliki keabsahan psikologis). Dimana ideology ini akan direduksi menjadi sebagai sebuah system ide yang termanifestasikan dalam tatanan masyarakat.[9]
Jika ideology ini telah menjadi suatu manifestasi dalam masyarakat, maka akan terciptalah suatu kesadaran kolektif di level rulled class, bahwa ideology dominan itu memang merupakan suatu nilai yang ideal dan biasa sehingga kita harus menerimanya, dan hal yang disebut kepura-puraan gaya kapitalisme, dimana ideology seakan-akan juga mengakomodir kepentingan-kepentingan subordinan namun mengandung suatu penyelundupan ideology yang terselubung , yang seakan-akan dipermukaan terlihat baik, namun pada intinya tetaplah memesinkan manusia. Dan manusia lagi-lagi hanya akan menjadi alat produksi kepentingan kapitalisme. Dilevel inilah Gramsci menyatakan adanya persetujuan (consent), intrumen state hanya akan melahirkan dominasi yang bersifat pemaksaan dan represif, sedangkan melalui level civil society dibangun dominasi melalui “kepemimpinan intelektual dan moral”. Sehingga dominasi tercapai bukan karena paksaan koersif namun merupakan perstujuan dari pihak lain. Hegemoni ini ditranformasikan melalui apparatus transmisi yang berasal dari luar lingkungan pemerintahan atau sering disebut swasta, seperti LSM, media masa, institusi keuangan, sekolah, daan sebagainya.[10]

1. 3 Konsep
1. Counter Hegemoni
Ketika hegemoni telah menjadi sedemikian parah dilakukan oleh suatu rezim, harus dilakukan aktivitas untuk meng-counter hegemoni dari kelompok yang berkuasa. Sebab inilah jalan untuk melakukan perjuangan pembebasan rakyat. Counter hegemoni dapat dikatakan sebagai suatu tandingan wacana bagi ideology dominan untuk melakukan perlawanan sebagai upaya pembebasan masyarakat. Gramsci melihat bahwa faktor kesadaran (suprastruktur) merupakan faktor dominan dalam pembentukan kesadaran masyarakat.[11] 
Ada dua cara yang ditawarkan oleh Gramsci untuk melakukan counter hegeomoni dan mengakiri dominasi rulling class , yaitu :
1.      War of Monovere (Movement) : adalah sebuah gerakan counter hegemoni yang dilakukan dengan mengambil alih langsung negara yang merupakan struktur tertinggi dari tatanan masyarakat. Dengan pengambilan langsung Negara, maka pihak yang mengambil alih akan merubah hegemoni yang ada melalui struktur Negara dan menggunakan instrument-instrumen Negara untuk mengakhiri dominasi. Contoh : pembuatan kebijakan-kebijakan baru yang lebih mengakomodir minoritas dan pembentukan aturan serta hukum  yang membatasi gerak kaum dominan. Counter hegemoni ini pernah terjadi pada masa revolusi Bolshevik oleh Lennin pada tahun 1917 dan menjadi awal berdirinya Negara dengan paham komunisme terbesar dalam sejarah, yaitu Uni Soviet.
2.      War of Position ( Passive Revolution ) : Adalah counter hegemoni yang dilakukan dengan instrument masyarakat sipil. Counter hegeomoni dilakukan dengan memberikan pendidikan kepada masyarakat agar terbentuk kesadaran mereka untuk melakukan suatu perubahan, sehingga terciptalah sebuah historical blok yang baru dengan wacana dominan yang baru juga.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Siapa Zapatista Sebenarnya ?
It is not only by shooting bullets in the battlefields that tyranny
is overthrown, but also by hurling ideas of redemption, words
of freedom and terrible anathemas against the hangmen that
people bring down dictators and empires …”
– Emiliano Zapata, Mexican revolutionary, 1914[12]

Tentara Pembebasan Nasional Zapatista adalah sebuah kelompok bersenjata yang ada di daerah Chiapas, Mexico. Basis anggota mereka sebagian besar adalah masyarakat adat, tapi mereka juga mempunyai pendukung dari wilayah perkotaan seperti halnya dukungan jaringan internasional. Juru bicara mereka, tapi secara teknis bukanlah pemimpin mereka yang menyebut dirinya dengan sub-comandante, adalah Subcomandante Marcos.
EZLN dibentuk pada 17 November 1983 oleh mantan anggota beberapa kelompok, baik yang berorientasi kekerasan maupun pasifis. Mereka mulai dikenal masyarakat nasional maupun internasional pada 11 Januari 1994, pada hari yang sama NAFTA (North American Free Trade Agreement) antara Meksiko, Amerika Serikat dan Kanada mulai beroperasi sebagai cara untuk menyatakan kehadiran masyarakat adat di tengah dunia yang mulai mengglobalisasi.
Para pejuang masyarakat adat, di antaranya merakit senapan palsu yang terbuat dari kayu, menguasai lima munisipal di Chiapas, menyatakan secara resmi perang melawan Pemerintahan Meksiko, dan menyatakan rencana mereka untuk melakukan pawai menujuMexico City, ibu kota Meksiko, baik untuk mengalahkan tentara Meksiko ataupun membiarkannya untuk menyerah dan memberlakukan pajak perang pada kota-kota yang mereka kuasai sepanjang perjalanan mereka.
Hal yang tidak biasanya ditemukan pada organisasi revolusioner, dalam dokumen yang diterbitkan EZLN (dalam Bahasa Spanyol) sebelum pemberontakan menyatakan hak rakyat untuk menyerang balik setiap tindakan tidak adil yang dilakukan EZLN. Mereka juga menyatakan hak rakyat untuk:
"menuntut agar angkatan bersenjata revolusioner untuk tidak mencampuri urusan sipil atau disposisi ibu kota yang berhubungan dengan agrikultur, usaha, finansial, dan industri, sebagaimana hal tersebut merupakan ranah eksklusif otoritas sipil yang dipilih secara bebas dan demokratis." Dan mengatakan bahwa rakyat harus "mendapatkan dan memiliki senjata untuk melindungi diri sendiri, keluarga dan hak milik mereka menurut hukum disposisi ibu kota mengenai pertanian, usaha komersial, finansial, dan industri dari serangan bersenjata yang dilakukan oleh angkatan bersenjata revolusioner maupun oleh angkatan bersenjata pemerintah."
Setelah beberapa hari pertempuran lokal di hutan, Presiden Carlos Salinas de Gortari di tahun terakhirnya memegang pemerintahan kemudian menawarkan sebuah perjanjian gencatan senjata dan membuka dialog dengan para pemberontak dengan juru bicara resminya Subcomandante Marcos. Setelah dua belas hari, pertempuran berhenti.
Dialog antara Zapatista dan pemerintah diperpanjang lebih dari satu periode (tiga tahun) dan berakhir dengan San AndrĂ©s Accords, yang berisi perubahan konstitusi nasional yang bertujuan untuk memberikan hak istimewa, termasuk otonomi, kepada masyarakat adat. Sebuah komisi yang terdiri dari deputi dari partai politik bernama COCOPA perjsnjisn tersebut sedikit dirubah seuai dengan EZLN. Presiden Meksiko yang baru, Ernesto Zedillo, bagaimanapun, mengatakan bahwa kongres harus memutuskan apakah menyetujui perjanjian tersebut atau tidak. Mengklaim telah adanya ingkar janji di meja negosiasi, EZLN kembali ke hutan sementara Zedillo meningkatkan kehadiran militer di Chiapas untuk
mencegah berkembangnya zona pengaruh EZLN. Gencatan senjata tidak resmi yang berbarengan dengan senyapnya aktivitas EZLN berlangsung selama tiga tahun selanjutnya, dan merupakan yang terakhir pada masa Zedillo.


2.2 Zapatista, Dari Perlawanan Tradisional Menuju Gerakan Sosial Global

To the People of Mexico,
We, the men and women, full and free, are conscious that the war that we have declared is our last resort, but also a just one. The dictators are applying an undeclared genocidal war against our
people for many years. Therefore we ask for your participation, your decision to support this plan that struggles for work, land, housing, food, health care, education, independence, freedom, democracy, justice and peace. We declare that we will not stop fighting until the basic demands of our people have been met by forming a government of our country that is free and democratic.
join the insurgent forces of the zapatista national liberation army.[13]

Pernyataan  diatas merupakan bagian dari bagian deklarasi pertama Lacandon Jungle yang mengajak rakyat mexico bersatu membantu mereka dalam menhancurkan tirani yang saat itu mengukung Mexico melalui pemerintahan yang represif dan tidak mengakomodir kepentingan-kepentingan subordinate yang ada disana, yaitu petani-petani tradisional Mexico. Perlawanan Zapatista menjadi suatu perlawanan global diakibatkan karena situasi yang terjadi di Mexico kurang lebih sama dengan yang terjadi dinegara-negara latin saat itu. Negara-negara perhy-phery hanya menjadi target hegemoni dari Negara maju untuk mengkooptasi Negara tersebut kepentingan mereka. Negara yang diharapkan menjadi apparatus yang melindungi kepentingan rakyat ternyata lebih merepresentasikan sebagai apparatus perpanjangan ideology dominan saat itu, yaitu kapitalisme. Perjanjian-perjanjian yang dilakukanpun tidak mengakomodir rakyat di Negara tersebut. Sehingga dalam implementasinya yang berupa investasi oleh suatu, privatisasi lahan dan outsourcing membuat masyarakat di Ciapas terasing dari faktor produksi yang telah mereka miliki selama turun temurun. Gerakan Zapatista seakan menjadi inspirasi bagi mereka yang merasakan keadaan yang sama diberbagai belahan dunia.
Zapatistapun tidak hanya melakukan perlawanan bersenjata terhadap hal tersebut, namun mereka juga melakukan agitasi-agitasi melalui media-media yang ada. Publik relation merupakan senjata utama dalam perjuangan Zapatista, tidak bisa dibantah lagi kalau juru bicara mereka Subcomadante Marcos adalah seorang yang sangat ahli dalam agitasi dengan penggunaan media public yang ada, melalui media, jurnal dan bahkan internet, Zapatista menyebarkan ide-ide mereka, Zapatista menggunakan satir-satir sastra sehingga cerita-crita perlawanan mereka lebih seperti sebuah cerita heroik minoritas yang mencoba mendobrak supremasi yang reprsesif disekitar mereka. Arjun Appadurai menyatakan bahwa media-media elektronik dalam dunia global saat ini telah membuat semuanya menjadi mungkin, karena dalam kondisi bacaan yang kolektif, kritkan serta pandangan yang sama tentang sebuah masalah, informasi dari sebuah gerakan membuat kelompok lainnya mulai membayangakan dan merasakan hal tersebut bersama-sama. [14] Zapatista diterima sebagai suatu gerakan perlawanan diseluruh dunia dan bahka menginspirasi kelompok-kelompok lainnya juga dikarenakan mereka menggunakan cara-cara perlawanan yang popular. Mereka menggambarkan pergerakan mereka sebagai suatu sisi patriotism yang romantic dibandingkan sesuatu yang kejam. Kata-kata heroik dan sifat Marcos yang begitu satir dengan menyembunyikan identitas aslinya menjadi suatu daya tarik tersendiri bagi Zapatista, hal ini membangkitkan kembali memori mereka kepada Che Guevara, seorang pejuang sosialis Kuba, yang melepaskan posisinya sebagai mentri pertanian Kuba demi membantu gerakan perlawanan rakyat di Bolivia.
Zapatista telah membangkitkan harapan perlawanan terhadap rezim yang berkuasa, mereka menjadi inspirasi gerakan-gerakan popular yang ada saat ini, Rage Againts The Machine sebuah band Hip metal terkenal Amerika bahkan menyisihkan sebagian keuntungan mereka untuk disumbangkankan kepada Zapatista, bahkan band punk Anti Flag membuat suatu lagu khusus yang memang didedikasikan kepada para pejuang di Ciapas itu (lagu itu berjudul Zapatista Don’t Give Up).
Semenjak tanggal 23 Juli hingga 3 agustus 1996, lebih dari 5000 orang dari 42 negara yang berbeda berpartisipasi dalam the First Intercontinental Encuentro forHumanity and Against Neoliberalism held in Zapatista territory in rebellion. Banyak Grup kemanusiaan berkunjung ke Ciapas untuk melakukan dokumentsi gerakan Zapatista dan banyak juga kelompok-kelompok pembuat film menjadikan Zapatista sebagai inspirasi film mereka. Hal ini juga dipergunakan Zapatista untuk meneruskan kampanye mereka untuk menentang kapitalisme Global dan mewacanakan suatu tatanan dunia tanpa ada dominasi dari siapapun.



2. 3 Memetik Pelajaran Dari gerakan Zpatista

Dari uraian diatas dapat kita ambil beberapa nilai penting, yaitu :
  1. Penyebaran nilai keadilan : dimana Zapatista berusaha menyampaikan pesan mengenai suatu tataran dunia yang lebih adil, dimana tidak ada lagi yang dieksploitasi dan tereksploitasi
  2. Penyebaran nilai-nilai Egalitarian :Zapatista melalui cara-cara pergerakannya mencoba menyampaikan pesan bahwa nilai-nilai egalitarian merupakan nilai terpenting untuk meciptakan masyarakat yang adil, hal ini dapat kita lihat bahwa Zapatista tidak pernah mengambil alih atau menguasai daerah-daerah yang didudukinya dari pemerintahan Mexico, Zapatista lebih memilih untuk kembai kerimbunnya hutan di Ciapas dan menyerahkan daerah tersebut kepada penduduk local, sehingga mereka dapat mengaturnya secara kolektif.
  3. Penyebaran nilai perjuangan : dari pergerakan Zapatista dapat kita ambil suatu pelajaran berharga, yaitu jangan pernah menjadi konformis dan tunduk pada dominasi apapun terhadap kita. Zapatista dengan segala keterbatasannya baik itu keterbatasan tokoh intelektual (karena sebagian besar merupakan masyarakat adat) keterbatasan sumber daya, tantangan geografis ( tidak mudah bagi manusia perkotaan untuk menetap dihutan yang masih rimbun dan liar) dan keterbatasan persenjataan serta keterbatasan akses terhadap informasi (karena daerah hutan minim pasokan listrik dan tidak ada konksi internet).
  4. Pentingnya Agitasi bagi sebuah pergerakan : bisa kita katakana keberhasilan Zapatista sebagian besarnya bukanlah dari perjuangan mereka mengangkat senjata, namun merupakan perjuangan agitasi-agitasi mereka dalam menyebarkan ide-ide perjuangan mereka melalui media-media public. Sehingga mereka dapat menggalang simpati masyarakat dunia dan bahkan menjadi seuatu pemicu bagi gerakan-gerakan perlawan terhadap kapitalisme gobal.

 My Real Kamerad, Is My People
-Subcomadante Marcos-

BAB III
PENUTUP

3. 1 Kesimpulan

Jika melihat dari system internasional saat ini, maka kita dapat melihat bahwa kapitalisme telah menjadi system global yang dipakai oleh hubungan antar Negara dalam bidang ekonomi. Dimana Negara tidak lagi diperbolehkan melakukan pengontrolan terhadap pasar. Agar tidak mucul perlawanan terhadap system ini maka dibuatlah sebuah hegemoni yang ditransformasikan ketataran level civil society, agar mereka menerima dan menyetujui nilai-nilai kapitalisme sebagai common sense.
Ketika hegemoni telah menjadi sedemikian parah dilakukan oleh suatu rezim, harus dilakukan aktivitas untuk meng-counter hegemoni dari kelompok yang berkuasa. Sebab inilah jalan untuk melakukan perjuangan pembebasan rakyat. Counter hegemoni dapat dikatakan sebagai suatu tandingan wacana bagi ideology dominan untuk melakukan perlawanan sebagai upaya pembebasan masyarakat. Zapatista adalah salah satu bentuk upaya counter hegemoni yang dilakukan masyarakat Mexico di Ciapas untuk menentang dominasi nilai-nilai kapitalisme yang coba ditansformasikan Negara-negara core melalui perjanjian pasar bebas (dalam kasus ini perjanjian tersebut adalah NAFTA). Zapatista menggunakan media-media popular seperti pers, internet dan film sebagai sarana agitasi mereka untuk membentuk opini public agar bangkit menentang kapitalisme global. Dan tulisan ini akan saya akhiri dengan kutipan dari feminis anarkis yang begitu menginspirasi saya. “If I can not dance on it, that’s not my revolution” (Emma Goldman)










Daftar Pustaka


  • Plhwe, dieter, Berhand Walpen and Gisela Neunhoffer. Neoliberal Hegemony  : A Global Critique. New York : Routledge, 2006
  • Magnis Suseno, Franz. Pemikiran Karl Marx : Dari Sosialisme Utopis Keperselisihan Revisionisme. Gramedia Pustaka Utama, 2001
  • http://www.capitalism.org/faq/capitalism.htm
  • Luxembur, Rosa.  The Accumulation Of Capital. New York  : Routledge, 2003
  • Haraiman, Abd. Malik, dkk . Pemikiran-Pemikiran revolusioner. Averroes Press, 2003
  • Jameson, Fredric. Routledge Critical Thinker. London : Roultledge 2000
  • Subono, Nur Iman. “Civil Society”, Patriarki, dan Hegemoni. http://www.fisip.ui.ac.id/pacivisui/repository/civic/civic2/3-Boni.pdf, 13 April 2011
  • Simon, Roger. Gramsci’s Political Thought : an Introduction . London,1999
  • The Booklet of We Are Everywhere. Verso. 2003
Khasnabish, Alex. Zapatista Rebellion From the Grassroot To The Global. Canada : Fernwood publishing, 2010



·         [1] Plhwe, dieter, Berhand Walpen and Gisela Neunhoffer. Neoliberal Hegemony  : A Global Critique. New York : Routledge, 2006
[2] Magnis Suseno, Franz. Pemikiran Karl Marx : Dari Sosialisme Utopis Keperselisihan Revisionisme. Gramedia Pustaka Utama, 2001
[3] http://www.capitalism.org/faq/capitalism.htm
[4]  Magnis Suseno, Franz. Pemikiran Karl Marx : Dari Sosialisme Utopis Keperselisihan Revisionisme. Gramedia Pustaka Utama, 2001
[5] Luxembur, Rosa.  The Accumulation Of Capital. New York  : Routledge, 2003
[6] Magnis Suseno, Franz. Pemikiran Karl Marx : Dari Sosialisme Utopis Keperselisihan Revisionisme. Gramedia Pustaka Utama, 2001
[7] Haraiman, Abd. Malik, dkk . Pemikiran-Pemikiran revolusioner. Averroes Press, 2003
[8] Jameson, Fredric. Routledge Critical Thinker. London : Roultledge 2000
[9] Haraiman, Abd. Malik, dkk . Pemikiran-Pemikiran revolusioner. Averroes Press, 2003
[10] Subono, Nur Iman. “Civil Society”, Patriarki, dan Hegemoni. http://www.fisip.ui.ac.id/pacivisui/repository/civic/civic2/3-Boni.pdf, 13 April 2011
[11] Simon, Roger. Gramsci’s Political Thought : an Introduction . London,1999
[12] The Booklet of We Are Everywhere. Verso. 2003
[13] Khasnabish, Alex. Zapatista Rebellion From the Grassroot To The Global. Canada : Fernwood publishing, 2010
[14] Khasnabish, Alex. Zapatista Rebellion From the Grassroot To The Global. Canada : Fernwood publishing, 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar